Oleh : Abdul Hafiz
Seorang manusia terkadang merasakan
kesedihan dalam menapaki kehidupan ini. Tatkala mendapatkan hal yang membuat
hati penat, tidak sesuai harapan, kehilangan sesuatu dan ketika kegalauan
menerpa. Ketika seseorang kehilangan barang-barang miliknya maka janganlah
terlalu bersedih karena ada Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Lantas bagaimana Islam membimbing
seseorang dalam kondisi demikian ? Islam adalah agama yang sempurna yang
mengatur seluruh aspek kehidupan di Bumi ini.
·
Kokohkan sifat kesabaran
Ketahuilah orang-orang yang sabar akan
mendapatkan reward di sisi Allah Ta’ala. “Dan sesungguhnya Kami akan memberi
kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
mereka kerjakan” (An Nahl: 96). Serta mereka termasuk orang-orang yang
mendapatkan kemuliaan yang besar. “Dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,
penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar
(imannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa (Al Baqarah: 177).
·
Ridho terhadap kondisi yang menerpa
Kepenatan dan kegembiraan termasuk
perkara yang sudah ditakdirkan oleh Allah Ta’ala. “Tidaklah ada sebuah
musibah yang menimpa kecuali dengan izin Allah. Dan barang siapa yang beriman
kepada Allah (bersabar) niscaya Allah akan memberikan hidayah kepada hatinya.
Allah-lah yang Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS At Taghaabun: 11).
Seluruh kegalauan yang menimpa seorang individu di antara umat manusia, baik
yang terkait dengan dirinya, hartanya atau yang lainnya hanya bisa terjadi
dengan sebab takdir dari Allah Ta’ala.
·
Ketahuilah tidak ada yang sia-sia dalam kehidupan
seorang muslim
Dalam kehidupan ini semuanya berjalan
sesuai dengan kehendak Allah Ta’ala. “Sungguh mengagumkan keadaan orang Mukmin.
Sesungguhnya semua urusannya baik dan karakter itu tidak dimiliki oleh siapapun
kecuali orang Mukmin. Jika dia mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, dan
demikian itu lebih baik baginya. Jika ditimpa kesusahan, dia akan bersabar, dan
demikian itu lebih baik baginya.” (HR. Muslim).
·
Sugestikan diri bahwa ada penghapus dosa dibalik
itu semua
Tancapkan dengan baik bahwa dalam
Islam, setiap kesedihan yang kita rasakan maka akan sebagai penggugur kesalahan
kita. “Tidak ada satu musibah yang menimpa setiap muslim, baik rasa capek,
sakit, bingung, sedih, gangguan orang lain, resah yang mendalam, sampai duri
yang menancap di badannya, kecuali Allah jadikan hal itu sebagai sebab
pengampunan dosa-dosanya.” (HR. Bukhari).
Setiap manusia tentu
memiliki banyak angan-angan yang diidamkan. Akan tetapi pada kenyataannya
tidaklah semua yang diciptakan tersebut dapat ia peroleh. Ada sebagian yang
mampu ia wujudkan, namun tak jarang sebagian yang lain luput dari harapan.
Seorang penyair Abu Thoyyib Ahmad Bin Husein Al-Mutanabbi berkata,
مَا كلُّ ما يَتَمَنّى
المَرْءُ يُدْرِكُهُ…. تَجْرِي الرِّيَاحُ بِمَا لا تَشْتَهِي السُّفُنُ
Tidak semua angan-angan
seseorang lantas ia dapatkan.
(Kadang) Angin berhembus tidak sesuai dengan arah perahu layar.
(Kadang) Angin berhembus tidak sesuai dengan arah perahu layar.
Begitulah lakon kehidupan
manusia. Sebagaimana perahu layar di lautan. Kadang angin berhembus searah
dengan perahu berlayar. Namun terkadang angin bertiup tak searah dengan perahu
melaju.
Meratapi badai tak akan
menyelesaikan masalah. Tapi nahkoda yang bijak akan tetap membentangkan layar
perahunya untuk mencapai tujuannya. Ombak dan badai adalah bagian dari “irama”
perjalanannya.
Jadi, jangan larut dalam kesedihan
manakala harapanmu tidak sesuai dengan kenyataan. Sadarilah.. bahwa dunia
ini ada yang punya, ada yang memiliki dan ada yang mengaturnya. Dialah Alloh Al
Kholiq, Al Mudabbir dan Ar Roziq.
Syukuri apa yang ada dan
tak usah risau dengan apa yang tiada.
Imam Hasan Al Bashri berkata,
“Aku tahu rezekiku tidak
akan diambil orang lain, karena itu hatiku selalu tenang.
Aku tahu amalku tidak akan dikerjakan orang lain, kerana itulah aku sibuk beramal shalih. Aku tahu Allah Ta’ala selalu memperhatikanku, kerana itulah aku malu jika Allah melihatku sedang dalam maksiat. Dan aku tahu kematian itu sudah menungguku, karena itulah aku selalu menambah bekal untuk hari pertemuanku dengan Allah.”
Aku tahu amalku tidak akan dikerjakan orang lain, kerana itulah aku sibuk beramal shalih. Aku tahu Allah Ta’ala selalu memperhatikanku, kerana itulah aku malu jika Allah melihatku sedang dalam maksiat. Dan aku tahu kematian itu sudah menungguku, karena itulah aku selalu menambah bekal untuk hari pertemuanku dengan Allah.”
Wahai Rabbi persatukanlah
hati-hati kami dan perbaikilah keadaan kami dan tunjukilah kami jalan-jalan
keselamatan serta entaskanlah kami dari kegelapan menuju cahaya yang terang.
Semoga bermanfaat. Wallahu ‘alam.
Narasumber : Ustadz Reky Abu Musa, Lc dan Ustadz Reo Adi Syahputra, S.Si
Tidak ada komentar:
Posting Komentar